Rabu, 29 Januari 2014

Diabetes pada Anak

Saat ini kita dibanjiri informasi seputar bahaya diabetes. Ini wajar mengingat penyakit ini terkait erat dengan kegemukan pada anak-anak. Meskipun diabetes tengah menjadi topik yang menghangat,  eksploitasi informasi di media dan terjadinya kerancuan pemahaman justru menjauhkan para orang tua dari gambaran yang utuh tentang diabetes atau dari pemahaman tentang cara terbaik mengelola penyakit ini. “Diabetes adalah salah satu dari jenis penyakit kronis yang paling sering diderita anak-anak selain asma, namun persentase penderita penyakit ini memang masih tergolong kecil, “ ujar penasihat Parents, Loro Laffel, MD, kepala seksi anak, remaja, dan orang dewasa di Joslin Diabetes Center, Harvard University. Berdasarkan riset mutakhir, lebih dari 9 juta anak-anak dideteksi menderita asma, sementara hanya sekitar 192.000 anak menderita diabetes –baik tipe 1 (yang dijuluki  diabetes remaja)  atau tipe 2 yang biasanya muncul pada orang dewasa.  Ini kabar yang melegakan hati namun kalau anak Anda berisiko terkena diabetes, ancaman bagi kesehatannya sangat nyata. Simaklah lima fakta penting mengenai penyakit berbahaya ini :


FAKTA >  Kebanyakan anak penderita diabetes tidak gemuk


Diabetes tipe 2 yang umumnya dipicu oleh obesitas, banyak diekspos karena tadinya tipe ini hanya menyerang orang dewasa kini telah terdiagnosa pada anak usia 6 tahun, kata  Dr. Lafell. Namun semakin banyak anak yang terkena diabetes tipe 1 -penyakit otoimun yang naik 4 persen setahun sejak 1970-an jauh lebih banyak lagi. Menurut studi  terbesar yang penah digelar di Amerika Serikat, hanya sekitar 3.700 anak didiagnosa menderitadiabetes tipe 2 dalam satu tahun sementara 15.000 anak lainnya menderita tipe 1.


Dalam banyak hal, kedua jenis diabetes ini sebenarnya amat berbeda. Pada diabetes tipe 1, yang penyebabnya masih belum diketahui, sistem kekebalan tiba-tiba berbalik menyerang sel-sel tubuh sehat dalam pankreas yang memproduksi insulin, hormon yang membuat tubuh menyerap energi dari asupan makanan. Untuk mengatasi kelainan pankreas ini, anak-anak biasanya membutuhkan sejumlah suntikan insulin beberapa kali dalam sehari. Dalam Tipe 2 , pankreas biasanya memproduksi insulin dalam jumlah besar (paling tidak pada awalnya), namun seluruh jaringan sel dalam tubuh kesulitan memprosesnya –kondisi yang disebut resistensi insulin.  Apapun jenisnya, diabetesmemicu lonjakan kadar gula darah saat glukosa dari makanan menumpuk karena tak dapat diserap ke dalam sel tanpa kehadiran insulin.  Lama-lama, kelebihan gula darah ini dapat merusak organ–organ dan jaringan tubuh lainnya.


FAKTA > Anak ras kulit putih berisiko tinggi


Banyak orang yang pernah mendengar bahwa diabetes hanya menyerang warga etnis minoritas, tapi merujuk pada estimasi SEARCH for Diabetes dari Youth Study yang melakoni penelitian mengenai penyakit tersebut, 71% dari keseluruhan populasi anak penyandang diabetes,adalah anak-anak berkulit putih. Menurut Dana Dabelea, MD, PhD, lektor kepala di University of Colorado Denver Health Science Center, “Diabetes tipe 1yang kasusnya lebih umum dijumpai dibanding tipe 2 menunjukkan lonjakan statistik yang lebih tinggi pada golongan penderita anak-anak ras kulit putih,” Meskipun tipe 2 memang lebih banyak ditemukan pada anak-anak golongan minoritas -termasuk keturunan etnis Afrika-Amerika dan Hispanik –risiko mereka terserang diabetes secara keseluruhan jauh lebih rendah dibanding anak-anak kulit putih.


FAKTA > Diabetes tidak disebabkan konsumsi makanan yang manis-manis


Walau diabetes tipe 2 umumnya dikaitkan dengan kegemukan, dampak gula pada kadar glukosa dalam darah tidak lebih besar daripada tipe karbohidrat lainnya seperti nasi dan kentang. Para dokter amat prihatin terhadap gula terutama karena gula ditemukan dalam makanan yang menggemukkan seperti biskuit  dan es krim yang sangat digemari si kecil. Dr. Dabelea mengungkapkan, “Anak-anak yang berisiko tinggi menderita diabetes tipe 2bukan saja hanya punya masalah dengan konsumsi gula berlebihan, mereka juga makan berlebihan.” Sementara M.Jennifer Abuzzahab, MD, spesialis endokrinologi di klinik Children’s Hospital and Clinics of Minnesota, berpendapat bahwa anak-anak penderita diabetes perlu membatasi makanan yang manis-manis dan karbohidrat sederhana untuk menjaga kadar gula darah mereka agar tetap stabil namun anak-anak yang menderitadiabetes tipe 1 sekalipun, sesekali masih dapat menikmati sepotong brownie, selama mereka  mendapat suntikan insulin ekstra.


FAKTA  > Anak-anak penderita diabetes tidak selalu harus membutuhkan suntikan insulin


Banyak anak-anak yang menderita diabetes tipe 2 dapat menjaga kadar gula darahnya tetap stabil dengan dengan mengatur pola makan, menurunkan berat badan dan berolahraga secara teratur, yang membantu keefektifan kerja insulin. Kalau perubahan gaya hidup tidak cukup mempan, obat-obatan oral seperti metformin dapat membantu. Anak-anak yang membutuhkan bantuan insulin –semua anak yang menderita diabetes tipe 1 dan separo anak penderita diabetes tipe 2 –tak harus disuntik insulin setiap hari. “Separo pasien anak di klinik kami menggunakan pompa, “ ujar Dr. Abuzzahab. Alat yang bentuknya menyerupai pager ini dijepitkan ke sabuk yang dilingkarkan ke pinggang. Perangkat ini diprogram untuk dapat mengalirkan tetesan insulin secara kontinyu dan stabil melalui sebuah lubang pada kulit. Seusai menikmati penganan atau makanan ringan, tingkat gula darah yang tiba-tiba melonjak dan membutuhkan tambahan dosis insulin, seorang anak dapat mengatasi keadaan semudah memijit tombol saja.


FAKTA > Bahkan di saat anak penderita diabetes sedang merasa sehat, ia tetap memiliki risiko komplikasi serius


Menjaga kadar gula darah pada batas normal seumur hidup adalah kunci mencegah berbagai macam gangguan kesehatan. Bila dibiarkan, diabetes dapat berkembang menjadi  serangan jantung,  kerusakan liver yang juga dikenal dengan istilah sirosis, kebutaan, amputasi anggota tubuh akibat sirkulasi darah yang buruk, serta gagal ginjal yang berarti penderita harus menjalani proses cuci darah dengan bantuan mesin dialisis seumur hidup. Kabar baiknya, masih ada kesempatan untuk mencegah kondisi yang demikian ekstrim tersebut selagi usia mereka masih dini: membutuhkan rentang waktu 5 -10 tahun sebelum kadar gula darah yang  tak terkontrol dapat memicu terjadinya komplikasi.  Menurut Dr. Abuzzahab, “Komplikasi yang sifatnya gawat bukannya tidak dapat dihindari. Semuanya terkait dengan tak adanya disiplin dalam mengontrol level gula darah dan kebanyakan anak dapat menekan risiko tersebut dengan pengobatan yang tepat.”